Ali
bin Abi Thalib
Dari Jundab yang
berkata, “Mereka mengerumuni ‘Ali hingga menginjak kakinya, lalu ‘Ali berkata,
‘Sungguh, aku telah bosan dengan mereka dan mereka pun telah bosan denganku.
Aku benci mereka dan mereka pun membenciku. Maka, bebaskan aku dari mereka dan
biarkan mereka terbebas dariku.’”
Dalam riwayat
lain dari Abu Shalih yang berkata, “Aku melihat ‘Ali ibn Abi Thalib mengambil
mushaf Al-Quran dan meletakkannya di atas kepala sehingga aku mendengar bunyi
gerakan lembaran-lembarannya. Setelah itu, dia berkata, ‘Ya Allah, aku telah
meminta mereka untuk menunaikan kewajibanku, tetapi mereka menghalangiku. Ya
Allah, aku telah bosan dengan mereka dan mereka pun telah bosan denganku. Aku
benci mereka dan mereka pun membenciku. Mereka membawaku pada perilaku yang
bukan karakterku. Karena itu, gantikan untuk mereka seseorang yang lebih buruk
daripada aku dan gantikanlah untukku orang-orang yang lebih baik daripada
mereka. Lelehkan hati mereka sebagaimana garam yang meleleh di dalam air.’”
Ali ibn Abi
Thalib berkata, “Aku bertemu dengan Rasulullah Saw. di dalam mimpi. Lalu, aku
berkata kepada beliau, ‘Ya Rasulullah, bagaimana jika aku menemukan di antara
umatmu orang-orang yang bengkok dan suka bertengkar?’ Rasulullah berkata,
‘Kutuklah mereka.’ Maka, aku berdoa, ‘Ya Allah, gantikanlah untukku orang-orang
yang lebih baik daripada mereka dan gantikanlah untuk mereka orang yang lebih
buruk daripada aku.’” Kemudian ‘Ali keluar dan saat itulah Ibn Muljam
membunuhnya.2
Muhammad
ibnAlHanafiyyah menuturkan, “Sungguh, aku tengah menunaikan shalat malam—ketika
‘Ali terbunuh- di masjid di dekat pintu gerbang bersama para penduduk kota.
Tidak ada yang mereka lakukan selain berdiri, ruku‘, dan sujud. Mereka tidak
bosan melakukannya dari awal malam hingga akhir. ‘Ali pun keluar untuk
menunaikan shalat Shubuh seraya berseru, ‘Wahai kaum muslimin, shalat! Shalat!
Aku tidak tahu,
apakah saat mengucapkan kata-kata itu, ‘Ali berada di luar pintu gerbang atau
tidak. Tiba-tiba, aku melihat kilatan cahaya dan mendengar seseorang berkata,
‘Hukum hanya milik Allah, bukan milikmu, wahai ‘Ali, bukan pula milik
sahabat-sahabatmu!’
Aku melihat
pedang, lalu disusul pedang kedua. Aku mendengar ‘Ali berteriak, ‘Tangkap orang
itu!’ Orang-orang pun mengepungnya dari segala penjuru. Tak lama kemudian, Ibn
Muljam berhasil diringkus, lalu dibawa ke hadapan ‘Ali. Lalu aku mendengar ‘Ali
berkata, ‘Jiwa dibayar jiwa. Jika aku mati, bunuhlah orang ini sebagaimana dia
membunuhku. Namun, jika aku selamat, aku lebih tahu bagaimana harus memperlakukan
orang ini
ketika ‘Ali
ditikam, orang-orang kemudian datang menemui Hasan dengan panik. Mereka juga
membawa Ibn Muljam dengan tangan diborgol. Tiba-tiba Ummu Kultsum binti ‘Ali
berteriak sambil menangis, “Wahai musuh Allah, ayahku pasti akan baik-baik saja
dan Allah akan menghinakanmu!”
Ibn Muljam
menyahut, “Lalu, untuk siapa kau menangis?! Demi Allah, aku membeli pedang itu
seharga seribu, lalu aku bubuhi racun seharga seribu juga. Seandainya tebasan
itu mengenai seluruh penduduk kota ini, niscaya mereka akan mati semua!”4
Buatlah Wasiat,
karena Engkau Akan Mati
Dari ‘Abdullah
ibn Malik yang menuturkan, “Para tabib dikumpulkan untuk mengobati luka ‘Ali
ibn Abi Thalib. Saat itu, Atsir ibn ‘Amr Al-Sukuni, tabib paling hebat yang
berasal dari Kirsi, memeriksa kondisi ‘Ali. Atsir meminta paruparu kambing yang
masih hangat. Dia mengambil uratnya, kemudian diletakkan pada luka yang
diderita ‘Ali. Dia meniup urat itu dan mengeluarkannya dari luka ‘Ali.
Ternyata, Atsir menemukan putih otak di dalamnya. Dia menyimpulkan bahwa luka
‘Ali telah sampai pada bagian otak. Atsir lantas berkata, “Wahai Amirul
Mukminin, berwasiatlah, karena engkau tidak tertolong lagi.
Ali berkata
ketika Ibu Muljam telah menikamnya, “Beri dia makan dan minum. Berbuat baiklah
dalam menawannya. Jika sembuh, aku yang berhak menuntut balas atas darahku.
Jika ingin, aku akan memaafkannya atau aku akan membalasnya.”
Wasiat ‘Ali
kepada Keturunan ‘Abdul Muththalib
Ali ibn Abi
Thalib berkata, “Wahai Bani ‘Abdul Muththalib! Ingat, jangan sampai kalian
menimbulkan pertumpahan darah di kalangan kaum muslimin seraya meneriakkan,
‘Amirul Mukminin terbunuh! Amirul Mukminin terbunuh!’ Ingatlah, jangan
sekali-kali kalian membunuh seseorang selain pembunuhku (Ibn Muljam)! Ingatlah,
hai Hasan! Jika aku mati karena tebasan ini, jatuhilah hukuman atasnya dengan
tebasan yang seimbang. Janganlah kalian mencincang tubuhnya. Sungguh, aku
pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, ‘Janganlah kalian memotong - motong
organ tubuh, meskipun terhadap anjing gila.’
0 komentar:
Posting Komentar